Selasa, 08 November 2011

Siap di Maki Asal Bisa Sukses

SEMANGAT pantang menyerah dalam membangun bisnis membawa Brian Arfi Faridhi (23) menjuarai Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2009.

"Wirausaha merupakan profesi yang luar biasa. Makanya tidak semua orang bisa menjadi wirausaha sejati. Sebab, dia harus siap bekerja keras, tidak gampang menyerah, harus memiliki mental juara dan siap dihina-hina orang. Itu alasan juri memilih saya sebagai pemenang karena sudah bolak-balik mengalami jatuh bangun dalam bisnis,” ujar Brian, pengusaha muda kreatif di bidang IT, ketika menjawab pertanyaan pengunjung Expo Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center (JCC), pekan lalu.
Brian, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, tampil dalam expo tersebut karena berhasil menjadi pemenang pertama bidang usaha kreatif WMM 2009. Brian yang tahun lalu berhasil menembus omzet Rp 559 juta itu adalah salah satu dari 98 peserta expo. Seluruh peserta merupakan alumni WMM. Hingga kini, WMM yang diadakan Bank Mandiri sudah berlangsung empat kali.
Di stan Brian, pemilik PT DheZign Online Solution, dipajang piala penghargaan WMM 2009. Piala itu diserahkan langsung oleh Wapres Boediono, Jumat (22/1) lalu. Stan tersebut juga memajang papan data yang menampilkan foto Brian dan keterangan mengenai perusahaannya. Brian mengatakan, data yang ditampilkan banyak yang tidak akurat. Misalnya, disebutkan tahun 2009 dia meraih untung. Padahal sesungguhnya, Brian rugi Rp 14 juta.   
Mendengar itu, seorang ibu yang berada di stan Brian, langsung berkomentar, "Lho, kok pemenang WMM bisnisnya rugi? Apa nggak salah, tuh?" Brian spontan menjawab, "Lho, Bu, yang namanya pengusaha harus berani rugi. Tahun lalu, omzet kami naik dua kali lipat. Tapi karena melakukan ekspansi, kami jadi rugi," tambah pria kelahiran Surabaya, 31 Mei 1986.  
Sumber pendapatan Brian berasal dari bisnis IT dan toko online yang menjual perlengkapan busana muslim. Ke depan, Brian merencanakan ekspansi dengan memperkuat divisi bisnis pengembangan web. Itu sebabnya tahun lalu dia banyak merekrut SDM di bidang web programing. "Nanti saya akan fokus ke pasar Jakarta karena prospeknya lebih cerah dibanding Surabaya. Saya sendiri sudah sekitar tiga bulan di Jakarta, tapi anak istri masih di Surabaya," ujar suami Juanita Vyatri tersebut.  
Menurut Brian, dia mulai mengembangkan  bisnis IT pada tahun 2006. Saat ini dia fokus melayani orang yang mau menggunakan media online untuk kegiatan marketing. "Untuk membangun toko online, minimal kami mengenakan biaya senilai Rp 20 juta. Kami siapkan pula program garansi 100 persen uang kembali, bila konsumen tidak puas," tambah Brian yang juga siap membantu pengusaha pemula memiliki toko online secara free.     
Jualan di kampus
Sejak umur 18 tahun Brian sudah berani berjualan parfum di lapak kampus ITS. Dia tidak peduli teman-temannya di kampus meledek kegiatannya itu. Brian juga pernah berjualan jus di pinggir jalan. "Kalau dagangan tidak untung, saya langsung ganti dengan dagangan lainnya. Sedih sih kalau gagal karena saya orang yang tidak suka kalah. Tapi, bagaimana pun saya harus bangkit," ujar bapak tiga anak ini. 
Dilihat dari kepribadiannya, Brian sosok yang tidak suka dengan pekerjaan yang rutin. Makanya, meski sudah bolak-balik bisnisnya bangkrut, Brian tidak pernah terpikir selesai kuliah akan bekerja di kantor. Mungkin karena itu pula dia aktif menggali ide-ide usaha baru.
Tak hanya itu, Brian juga orang yang berani mewujudkan setiap gagasannya. Termasuk keberanian memilih menikah pada usia muda, yakni 18 tahun. "Kalau mau usaha tidak perlu mikir modal. Yang penting tekad yang kuat. Gila dan nekat," ujar Brian saat mengemukakan prinsipnya membangun bisnis.   
Prinsip itu pula yang digunakannya saat mengembangkan bisnis online busana muslim maupun bisnis pengembangan web. Untuk membangun bisnis web development, Brian hanya mengandalkan istrinya sebagai programer dan modal satu komputer, satu printer, dan koneksi internet. "Setelah itu, ya sudah, dipasarkan. Simpel. Modal lain, harus siap dimaki-maki konsumen, kerja keras dan harus memiliki mental juara,"ujar Brian.
Target akhir tahun 2010, setelah urusan bisnisnya beres, dia akan membawa istri dan anaknya tinggal di Jakarta. "Saat ini, dunia online di Indonesia sedang tumbuh. Tapi, pasar yang menjanjikan ada di Jakarta. Saya sudah menyiapkan tenaga-tenaga ahlinya untuk merebut pasar tersebut,"ujar Brian semangat. (Herry Sinamarata)

Modal Nekat Menjadi Wirausaha Muda

"Muda berjaya, tua kaya raya, mati masuk surga!" Seloroh Rizky Kurnia Widiantoko, 23, dengan penuh semangat dalam rekaman video yang diputar di layar proyektor itu disambut derai tawa rekan-rekan sejawatnya.

Tepuk tangan segera menyusul kemudian dari mereka yang tengah duduk di depan meja berformasi huruf U itu, sebagai tanda salut terhadap tekad wirausaha muda alumnus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang itu.

"Teman saya itu ndableg, belum dapat dana, malah sudah nyebar-nyebarin promosi. Katanya optimistis profit," cetus Mahmudan, 23, rekan satu perusahaan Rizky di Unique Lancar Jaya.

Namun, tindakan yang seolah tanpa perhitungan itu justru memicu Rizky dan Mahmudan mencetuskan perusahaan sandal dan tas dengan memanfaatkan limbah spons. Keduanya lalu berjuang lebih keras mencari pinjaman dana untuk merealisasikan ide mereka dan memuaskan permintaan pesanan yang sudah telanjur menumpuk itu.

"Akhirnya dapat juga (pinjaman) Rp2,5 juta dari koperasi dan bisa penuhi pesanan. Begitulah kalau kepepet," cerita Rizky dengan khas logat Jawa tentang kesuksesan bisnisnya bersama Mahmudan.

Kondisi tersebut tak jauh berbeda dengan entrepreneur muda lainnya. Sebut saja Mirza Akbar, 24, juragan es krim Yogya yang memulai bisnis dengan nekat memaksa orang tuanya meminjamkan uang dalam jumlah besar. Karena iba, orang tuanya lalu meminjamkan uang Rp40 juta sebagai modal.

Dengan modal itu, dari bisnis kecil-kecilan di kampus, kini usaha es krim Mirza telah bekerja sama dengan salah satu perusahaan waralaba ayam goreng di Yogyakarta, dengan membangun pabrik es krim yang beroperasi 24 jam di kawasan Gejayan, Yogyakarta.

"Dulu dari awalnya sehari menghabiskan susu 2 liter saja,, kini menjadi 250-300 liter sehari. Omzet perusahaan kini jadi Rp80 juta per bulan," kata lulusan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada itu.

Karakter nekat para wirausaha muda yang juga merupakan finalis kompetisi entrepreneur muda Shell LiveVVIRE Business Start-up Award 2009-2010 itu, menurut pengusaha Sandiaga Uno, merupakan ciri khas yang membedakannya dengan profesi lain.

"Ini bedanya antara karyawan dan wirausaha, mereka harus ada tekad untuk mengambil risiko. Ciri itu harus dimiliki agar bisa maju," tutur Sandiaga ketika berbagi pengalaman dalam business coaching kepada 30 finalis Shell LiveVVIRE Business Start-up Award 2009-2010 itu, di Jakarta, Jumat (11/2).

CEO The Project North East (PNE) Group/Shell LiveWIRE International Sandy Ogilvie pun mengapresiasi wirausaha muda dalam program kepedulian sosial yang digagas PT Shell Indonesia itu. Menurutnya, program tersebut bisa memberi inspirasi dan menjadi sumber harapan bangsa bagi para pemuda lainnya.

Sumber: Media Indonesia